Sabtu, 10 Juli 2010

SIERRA LEONE IN CONFLICT

Konflik internal menurut Michael E.Brown dilihat sebagai “ Violent or potentially violent political dispute whose origin can be traced primarily domestic rather than systemic factors, and where armed violence takes place or threaten to take place primarily within the borders of a single state”. Beberapa ahli yang menggunakan konsep “contemporary conflict” untuk mengacu secara spesifik pada konflik-konflik yang terjadi setelah Perang Dingin. Istilah konflik internal ini terjadi karena pihak-pihak yang bertikai ada di dalam satu Negara meskipun dimensi internasionalnya tetap menjadi perhatian mengingat dampaknya yang begitu luas ke seluruh bangunan sistem politik global.

Menurut Brown studi tentang konflik internal ini sangat penting untuk dibahas , tidak hanya dalam ilmu hubungan internasional tetapi juga dalam studi ilmu politik umumnya. Beberapa alasan dikemukakannya akan pentingnya konflik internal yaitu Pertama, konflik internal telah banyak merambah ke berbagai Negara dan menimbulkan aksi kekerasan di mana-mana. Kedua, konflik internal telah menyengsarakan masyarakat yang menjadi korban yang tidak berdaya akibat konflik seperti pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, pengusiran yang dilakukan untuk mengalahkan pihak musuh. Ketiga konflik internal penting karena sering melibatkan Negara-negara tetangga sehingga bisa menimbulkan konflik perbatasan. Keempat, konflik internal juga penting karena sering mengundang perhatian dan campur tangan dari Negara-negara besar yang terancam kepentingannya dan organisasi internasional. Kelima, komunitas internasional terus berusaha menggalang kerjasama guna menyelesaikan konflik-konflik internal agar menjadi lebih efektif demi keamanan internasional.1

Banyak studi yang mengangkat kasus tentang konflik internal. Permasalahan bisa terjadi karena kesalahpahaman, perbedaan nilai yang merupakan konflik awal ,sangat dasar, dan sangat sulit untuk mencari penyebab konflik tersebut. Ada beberapa bentuk konflik internal, ada yang mengangkat masalah etnis, keterbelakangan sosial ekonomi, politik dan bisa juga permasalahan keagamaan. Tulisan ini akan mengangkat konflik internal di Benua Afrika yakni di Negara Sierra Leone yang beribukota Freetown. Sierra Leone memiliki konflik internal yang sering dikenal dengan istilah “Blood Diamond” atau “Civil Conflict”. Republik Sierra Leone adalah sebuh Negara di Afrika Barat , tepatnya di pesisir samudera Atlantik. Negara ini berbatasan dengan Guinea di sebelah utara, Liberia di tenggara dan Samudera Atlantik di Barat Daya. Sierra Leone merupakan bekas jajahan Negara Britania Raya. dari awal abad 19 sampai 1961.

Blood Diamond adalah cara mendapatkan berlian dengan ketakukan karena seringkali upaya mendapatkan berlian ini ditempuh dengan cara yang keras seperti adanya pelecehan manusia seperti terjadi banyak kekerasan, memperkerjakan anak di bawah umur, pelecehan seksual serta kerusakan lingkungan. Konflik blood diamond sarat dengan kekerasan, konflik ini diwarnai juga oleh perdagangan berlian secara ilegal yang hasilnya digunakan untuk mendanai perang di daerah Sentral Afrika dan Afrika Barat. Menurut PBB konflik diamond dapat diartikan sebagai konflik berlian yang berawal dari area kontrol kekuatan tertentu atau kelompok penentang pemerintah untuk menjatuhkan dan mendapat pengakuan dunia internasional, hasil penjualan berlian kemudian digunakan untuk mendanai aksi militer sebagai bentuk menentang pemerintah atau pertentangan dalam pembuatan badan keamanan.

Konflik Blood Diamond terjadi karena adanya pertentangan dari kekuatan tertentu untuk menentang pemerintah yang dianggap tidak adil dalam bertindak. Konflik berawal dari gerakan revolusioner Sierra Leone yang tidak puas dengan kinerja pemerintah yang korup, kesalahan managment negara, tidak adil terhadap rakyat kecil, tidak memperhatikan masalah kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dll. Hal tersebut merupakan tujuan awal terbentuknya gerakan revolusioner, yang menunjukkan bahwa gerakan ini sudah mewakili kepentingan masyarakat banyak. Gerakan ini disebut dengan gerakan Revolutioner United Front (RUF).

RUF terbentuk pada tahun 1984 di bawah pimpinan Foday Sankoh. RUF memiliki tujuan menentang pemerintah dan ingin menjatuhkan pemerintahan yang saat itu diduduki oleh All People Congres (APC). RUF meng-klaim diri mereka sebagai gerakan politis yang memposisikan diri sebagai representasi dari warga negara Sierra Leone. Berbagai aksi dilakukan oleh RUF untuk memberontak. Sehingga terjadi konflik antara RUF dan pemerintah. Dalam perjalanannya RUF mendapat bantuan dari Liberia khususnya National Patriotic Front of Liberia (NPFL) yang juga berperan dalam gerakan yang sama di Liberia. RUF mendapat dukungan dalam berbagai hal untuk melancarkan upaya menggulingkan pemerintahan APC dari Liberia, karena presiden Liberia saat itu juga memperoleh kekuasaan dengan cara yang sama. Indikasi lain adalah, RUF mempunyai kontrak dengan Liberia terkait dengan suplai senjata bagi RUF yang dibayar dengan berlian illegal dari RUF. Hal ini dapat terbaca ketika Liberia menjadi salah satu Negara penjual berlian padahal Liberia tidak mempunyai sumber-sumber berlian. RUF juga disponsori oleh Sierra Leone People’s Party secara diam-diam. RUF diketuai oleh Foday Sankoh, pembentuk organisasi militer yang dipenjara di tahun 1971 karena keterlibatannya dalam kudeta militer yang dilancarkan kepada APC. RUF terdiri dari dua kelompok kecil yang beranggotakan tidak lebih dari 150 orang.

Dalam perkembangannya ideologi RUF mengalami pergeseran, tidak lagi fokus pada upaya pembenahan pemerintahan namun menjadi kampanye yang penuh dengan kekerasan dengan tujuan utama untuk mendapatkan akses masuk ke penambangan berlian Negara dan tambang-tambang mineral lainnya. Awalnya, RUF melakukan terror yakni kekerasan seksual dan perbudakan seksual. Pada April 1992, terjadi kudeta militer dari National Provosional Ruling Council (NPRC) yang diketuai oleh Valentine Strasser. Strasser berjanji untuk menghapuskan korupsi dan menyediakan kesempatan bagi seluruh warga Negara Sierra Leone. Namun, rezim pengganti pemerintahan yang lama ternyata melakukan pelanggaran serupa dengan pemerintahan lama.

Sementara itu, RUF terus memperkuat dirinya dengan bergabungnya beberapa prajurit dari Sierra Leone Army (SLA) yang terpuruk dengan kondisi ekonomi yang kurang baik. Para prajurit ini (disebut sobels) menanggalkan identitas keprajuritannya di malam hari dan memakai identitas pemerintahan dan melanjutkan pekerjaan sebagai pegawai pemerintahan. Pada Januri 1996, RUF kembali melakukan gerakan-gerakan perlawanan, sesuai dengan program untuk mengembalikan Sierra Leone kembali diatur oleh kekuasaan sipil. Gerakan yang diusung oleh RUF ternyata justru menimbulkan kekacauan dengan melakukan pemotongan tangan pada saat pemilu agar masyarakat tidak dapat menggunakan tangannya untuk memilih pemimpin di Sierra Leone, karena mekanisme pemilihan umum di Sierra Leone adalah dengan membubuhkan tanda cap jempol di kertas pemungutan suara. RUF menentang pemerintahan yang dipimpin oleh Joseph Momoh.

Pada Juni 1997 RUF diajak untuk bekerjasama dengan Armed Forced Revolutionary Council (AFRC) untuk bersama-sama menggulingkan pemerintah. Pemerintah Sierra Leone saat itupun mendapat dukungan dari Nigerian Troops yang sebagai bagian dari Economic Community of West African States Monitoring Group (ECOMOG), ECOMOG sendiri adalah suatu sub-organisasi regional di Afrika Barat yakni Economic Community of West African States, yang dalam hal ini bekerjasama untuk mencegah atau mempertahankan Sierra Leone dari serangan RUF.

Konflik internal negara Sierra Leone pada permasalahan Blood Diamond, telah menelan banyak korban, baik korban penyiksaan individu-individu secara fisik maupun eksploitasi sumber daya alam yang tidak ada habis-habisnya. Pemerintah mengeluarkan sertifikat untuk setiap berlian yang diperjualbelikan di pasaran, hal ini yang membuat akses penjualan berlian dari masyarakat penambang menjadi sulit dan illegal.

Pada Juli 1999, diadakan negosiasi antara pemerintah Sierra Leone dan RUF yang menghasilkan kesepakatan bahwa masyarakat menyetujui akan selesainya gencatan permusuhan, pelucutan senjata dari semua pertempuran dan formasi pemerintah kesatuan nasional yang kemudian disebut dengan Lome Peace Agreement. Perundingan ini berada di bawah pengawasan PBB dalam badan yang dibentuk oleh PBB yang bernama United Nations Mission in Sierra Leone (UNAMSIL).

Pemerintah melakukan kontrol area di daerah perdagangan berlian dan masyarakat pun melakukan penambahan, karena industri-industri berlian menuntut adanya garansi bahwa pemerintahan dan masyarakat dapat menjamin pengamanan distribusi berlian. Tindakan ini termasuk sebagai standarisasi sertifikat diantara negara export, transparency, auditing dan monitoring dari kekuasaan. Mengikuti permasalahan konflik blood diamond, perhatian internasional melihat pada peran pemain yang menggelapkan perdagangan berlian yang menambah konflik di Sierra Leone. Dewan keamanan PBB mengadopsi Resolusi 1306 pada 5 July 2000 untuk menghentikan impor langsung ataupun tidak langsung yang berhubungan dengan berlian dari negara Sierra Leone yang lepas dari kontrol pemerintahan Sierra Leone melalui Certificate of Origine Regime. Permasalahan antara RUF dan pemerintahan Sierra Leone berhasil mencapai tahap kondisi tidak ada lagi konflik kekerasan semenjak adanya Lome Peace Agreement. Permasalahan yang baru adalah permasalahan HIV/ AIDS pada tahun 2002.